Being Mentally Ill in a Pandemic

I have been officially diagnosed with both Obsessive Compulsive Disorder and Agoraphobia. These are two diseases that are pretty commonly misunderstood by the general public, but they’re also two…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Sama Abian

Bel istirahat berbunyi, murid kelas 11 MIPA 2 menutup buku mereka masing-masing lalu beranjak dari tempat duduk mereka untuk bergegas ke kantin. Kebetulan Jihan sedang ada rapat osis, sedangkan Kayla sedang latihan debat dengan timnya untuk lomba besok. Alsa sendiri, sampai akhirnya Abian menghampiri meja nya lalu mengajak Alsa beli baso aci, “Woi! Ayo, jadi gak?” tanya Abian. Alsa melemparkan tatapan sinis, tetapi dia mengangguk lalu berjalan bersama Abian ke kantin.

Abian dan Alsa memang sempat berteman dekat saat SMP. Karena orang tua mereka berteman juga. Sampai akhirnya Alsa pindah kota lalu tidak pernah mendengar kabar dari Abian lagi. Dulu, Abian sempat menjadi orang yang paling dekat dengan Alsa.

Di jalan menuju kantin, mereka bercerita banyak. Mulai dari saat Alsa pindah, sampai kenapa Abian bisa pindah ke kota dan sekolah ini. Tetapi mereka berdua tidak sadar, bahwa barusan mereka melewati Hadyan dan teman-temannya yang sedang mengobrol diluar kelas, memperhatikan Abian dan Alsa yang sedang asik bercanda sambil berjalan berdua.

Abian memesan 2 porsi baso aci, lalu mereka berdua duduk di meja. Alsa meniup baso aci tersebut, lalu memakannya. Abian membuka percakapan, “Lo kenapa dulu pindah tiba-tiba, Sa?” tanya Abian. “Bokap gue dipindah tugas ke sini tiba-tiba, dan malem itu keluarga gue sibuk packing, jadi gue nggak kepikiran buat ngabarin lo. Maaf ya, Bi,” jawab Alsa dengan memasang muka sedih, yang membuat Abian tertawa.

“Gue dulu kayak bocah nolep tau, Sa. Jadi jarang keluar rumah karena ngga ada temen main,” ucap Abian sambil menyeruput kuah baso acinya. Kemudian Abian menceritakan pengalamannya saat MPLS SMA, dan lain lain. Mereka berdua saling bertukar banyak cerita.

“Oh iya, Bi. Nanti pulang sekolah lo harus nyalin catetan materi semester lalu kan?” tanya Alsa.

“Iya, jadinya gue pulang agak sore sih,” jawab Abian.

Alsa tersenyum licik, “Hehehe, lo mau ngga anterin gue pulang? Tadinya gue udah ada temen nebeng, tapi hari ini gue harus piket kelas sama piket UKS,” pinta Alsa sambil mengedip-ngedipkan matanya agar terlihat imut.

Abian menatap Alsa dengan tatapan jijik, lalu ia menjawab, “Iya iya bisa, ntar gue samper ke UKS deh. Stop ngedipin mata lo bisa ngga? Jijik ngeliatnya sumpah,” Abian menoyor kepala Alsa. Lalu mereka berdua melanjutkan obrolannya. Tanpa disadari, ada seseorang dari meja ujung yang sedang memperhatikan. Siapa lagi kalau bukan Hadyan?

Benar saja. Abian mengantarkan Alsa kerumahnya. Dan yang menyambut mereka didepan pintu adalah kak Melvin. Mukanya sedikit terkejut dengan Abian yang berdiri disamping Alsa, “Loh? Ini Abian bukan sih?” tanya Melvin sambil melirik ke arah Alsa. “Heheh lo masih inget aja, kak. Iya ini Abian, dia hari ini pindah ke sekolah gue,” jawab Alsa sambil menyenggol bahu Abian.

“Hehe halo kak, udah lama ga ketemu. Lo makin ganteng aja ya kak,” puji Abian sambil menyengir. Melvin tertawa sambil menepuk pundak Abian. “Bisa aja, Bi. Sini masuk dulu deh, sekalian makan bentar,” ajak Melvin sambil membuka pintu rumah mereka lebar-lebar.

Termampang Davin dan Hadyan yang sedang sibuk bermain pes di TV. Sontak Hadyan menengok ke arah Alsa, lalu Alsa melotot kemudian berjalan cepat menaiki anak tangga. Abian kebingungan.

Setelah selesai berganti pakaian, Alsa turun dari tangga lalu melihat Abian yang sedang asik mengobrol dengan kak Melvin di dapur, mereka berdua sedang memasak untuk kita semua. Hadyan menatap Alsa sinis. Tetapi lelaki berkaos Converse itu tidak bisa menyembunyikan perasaan saltingnya, Hadyan tersenyum kecil. Tetapi Alsa menganggap itu sebagai senyuman meremehkan. Mental Alsa menciut.

Mereka semua duduk di meja makan. Kak Davin, kak Melvin, serta Abian asik bercanda dan bercerita tentang ini dan itu. Sedangkan Alsa hanya menunduk sambil memakan nasinya, ia terlalu takut untuk menatap Hadyan.

Setelah selesai makan siang bersama, Alsa duduk di teras, karena ia malas mendengar teriakan dari para lelaki didalam yang sedang bermain pes. Tidak lama kemudian, Hadyan duduk disamping Alsa yang sedang memberi makan ikan. Seketika atmosfir disana berubah menjadi tegang.

“Pulang pake gojek. Gojek yang lo maksud itu Abian ya, Sa?” pertanyaan dari Hadyan berhasil membuat mental Alsa tambah ciut.

Add a comment

Related posts:

How to Select the Best Courier Service for Your Personal Shipping Needs

Courier services have become an essential part of our lives, especially in today’s fast-paced world where everyone wants things done quickly and efficiently. Whether you are sending a package to a…

How I Healed Myself After a Narcissistic Relationship

Being with a narcissist means being less important than they are. You are less important to them. You become less important to yourself. You are less important in the relationship. Sadly, this also…

Interval Training for Endurance Athletes

One of the most common types of training these days is interval training. The fitness industry has made this method of training very popular recently. It’s important to understand why coaches and…